Penilaian Persediaan Dengan Metode Fisik FIFO

PENGERTIAN

Persediaan adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi (dipakai) dalam operasi normal perusahaan.

First-in, First-out (FIFO)
Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.


Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca.

Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan.

Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.

Pada illustrasi dibawah , apabila penilaian persediaan menggunakan metode FIFO , maka :

Data persediaan PT. GHIJ bulan Pebruari 2008 sebagai berikut :
1 Pebruari Persediaan 200 kg @ Rp. 100,- = Rp. 20.000
9 Pebruari Pembelian 300 kg @ Rp. 110,- = Rp. 33.000
10 Pebruari Penjualan 400 kg
15 Pebruari Pembelian 400 kg @ Rp. 116,- = Rp. 46.400
18 Pebruari Penjualan 300 kg
24 Pebruari Pembelian 100 kg @ Rp. 126,- = Rp. 2.600
TOTAL = 1.000 kg Rp. 112.000,- total penjualan = 700 kg
Pada akhir periode dilakukan perhitungan fisik digudang terdapat jumlah 300 kg, maka sesuai metode FIFO – fisik, nilai persediaan akhir adalah :
Pembelian 24 pebruari 100 kg @ Rp. 126 = Rp. 12.600
Pembelian 15 pebruari 200 kg @ Rp. 116 = Rp. 23.200
Jumlah 300 kg = Rp. 35.800,-

Maka harga pokok penjualan = Rp. 112.000,- - Rp. 35.800,- = Rp. 76.200,-

Penyusutan Asset Metode Jumlah Angka Tahun

Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan


Dalam metode ini, beban penyusutan ditentukan dengan mengalikan biaya perolehan awal aset dikurangi estimasi nilai sisa dengan pecahan yang lebih kecil setiap tahunnya.
Angka penyebut dalam pecahan yang digunakan untuk menentukan beban penyusutan adalah jumlah angka tahun selama masa manfaat aset. Sebagai contoh, aset tetap dengan masa kegunaan 4 tahun akan memiliki angka penyebut 10 (4 + 3 + 2 + 1).

Angka pembilang dalam pecahan adalah jumlah tahun sisa masa manfaat pada tiap tahun yang bersangkutan. Tahun pertama angka pembilangnya adalah 4, pada tahun kedua angka pembilangnya adalah 3, pada tahun ketiga angka pembilangnya adalah 2, dan pada tahun keempat angka pembilangnya adalah 1.

Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset tetap memiliki masa manfaat selama empat tahun. Nilai perolehan aset sebesar Rp 10 juta dengan nilai sisa pada akhir tahun kempat sebesar Rp 1 juta. Maka depreciable cost atau biaya perolehan aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp 9 juta.

Th Biaya Perolehan Dikurangi Nilai Sisa Tingkat Penyusutan Penyusutan Akumulasi Penyusutan pada Akhir Tahun Nilai Buku pada Akhir Tahun
1 9.000.000 4/10 3.600.000 3.600.000 6.400.000
2 9.000.000 3/10 2.700.000 6.300.000 3.700.000
3 9.000.000 2/10 1.800.000 8.100.000 1.900.000
4 9.000.000 1/10 900.000 9.000.000 1.000.000


Bagaimana jika aset tetap diperoleh tidak pada awal pada awal tahun?
Sebagai ilustrasi, diasumsikan aset tetap pada contoh di atas diperoleh pada awal bulan April.

Th Biaya Perolehan Dikurangi Nilai Sisa Tingkat Penyusutan Jumlah Bulan Penyusutan Akumulasi Penyusutan pada Akhir Tahun Nilai Buku pada Akhir Tahun
1 9.000.000 4/10 9/12 2.700.000 2.700.000 7.300.000
2 9.000.000 4/10 3/12 900.000 2.925.000 4.375.000
3/10 9/12 2.025.000
3 9.000.000 3/10 3/12 675.000 2.025.000 2.350.000
2/10 9/12 1.350.000
4 9.000.000 2/10 3/12 450.000 1.125.000 1.225.000
1/10 9/12 675.000
5 9.000.000 1/10 3/12 225.000 225.000 1.000.000

Penyusutan Aset Metode Garis Lurus

Aktiva tetap dalam akuntansi adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Jenis aktiva berwujud ini biasanya dibeli untuk digunakan dalam operasional dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aktivat tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Kecuali tanah atau lahan, aktiva tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.
Pada umumnya, banyak perusahaan menggunakan dasar perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus karena dianggap mudah dan sederhana.

Rumus perhitungan penyusutan metode garis lurus adalah sebagi berikut :

                                   Biaya perolehan – nilai residu
Penyusutan /tahun =  ---------------------------------------
                                           Umur Manfaat
 
Metode penyusutan ini mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dari metode ini adalah:
· Mudah digunakan dalam praktek.
· Lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan.
Kelemahan dari metode penyusutan ini adalah:
· Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode.
· Manfaat ekonomis aktiva setiap tahun sama.
· Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan.
· Laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggambarkan tingkat pengembalian yang sesungguhnya dari umur kegunaan aktiva (dalam matching principle, beban penyusutan harus proporsional pada penghasila  yang dihasilkan).

Bagi yg msh mengalami kesulitan mengetahui besarnya penyusutan suatu barang; anda hrs mengetahui tanggal/bulan/tahun pembelian sehingga didapat perhitungan yang tepat. Apabila tanggal/bulan/tahun tdk didapat, minimal anda harus mengetahui bulan pembeliannya.
Rumus perhitungannya penyusutan per bulannya adalah sbb:

Bagi mereka yg menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya sbb:
= (Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) / umur ekonomis
Bagi mereka yg tdk menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya sbb:
= Harga Perolehan x umur ekonomis
Namun bagi anda yang ingin menghitung penyusutan harta yang telah berjalan (pembelian terdahulu), caranya adalah sbb :
1. Hitung terlebih dahulu besarnya penyusutan per bulan
2. Kalikan nilai penyusutan per bulan dg banyaknya bulan yg sudah berjalan, sehingga didapat akumulasi penyusutannya

Contoh kasus :
Pd tanggal 1 Januari 2012 telah dibeli kendaraan senilai 100jt, perusahaan telah menentukan umur ekonomis adalah 5 tahun dengan nilai residu 1jt, hitunglah akumulasi penyusutan kendaraan sampai dengan bulan April 2012.
Jawabannya adalah sebagai berikut :
1. Hitung penyusutan per bulan terlebih dahulu
= 100jt – 1jt : (5×12)
= 99jt : 60 bulan
= 1.650.000
2. Hitung akumulasi penyusutan dari bulan Januari – April 2012 (4 bulan)
= 1.650.000 x 4
= 6.600.000