BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Adat
istiadat adalah sistem norma
yang tumbuh, berkembang dan dijunjung tinggi oleh masyarakat penganutnya. Adat
yang sudah melembaga dan berlaku turun temurun disebut tradisi.Tradisi dalam
bahasa latin: traditio, "diteruskan" atau kebiasaan, dalam pengertian
yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi
dapat punah.
Warga masyarakat yang
melanggar adat atau tradisi, pada umumnya akan dikenakan sanksi. Sanksi
tersebut misalnya berupa pengucilan atau pengusiran dari lingkungan masyarakat
dimana adat istiadat tersebut berlaku. Meskipun sanksi tersebut tidak tertulis
namun berfungsi efektif. Hal ini disebabkan karena adat-istiadat dihormati oleh
warga masyarakat. Di Indonesia, adat istiadat merupakan pelengkap hukum
tertulis.Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Indonesia
memiliki keragaman adat istiadat, kebiasaan maupun kebudayaan misalkan saja
Kabupaten Boyolali.
Kabupaten Boyolali,
sebuah kawasan pemerintahan yang terletak di jalur ramai penghubung Solo Raya
dan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Kawasan yang terkenal sebagai
kawasan penghasil buah pepaya dan susu sapi ini merupakan kawasan subur yang
terletak di lereng Gunung Merapi (2.698 m)dan Gunung Merbabu (3.145 m).Secara
administratif Kabupaten Boyolali terbagi menjadi 19 kecamatan dengan 267
kelurahan. Dari 19 kecamatan itu, Boyolali memiliki kekayaan yang beraneka
ragam terutama kekayaan budaya dan wisata. Sebagai contoh beberapa kecamatan
yang berada di sisi barat, Ampel, Cepogo, Musuk, dan Selo, atau sisi yang
berada di kawasan pegunungan. Kawasan ini memiliki pemandangan pegunungan dan
agro-wisata yang sangat memikat bagi wisatawan.
Potensi wisata
Kabupaten Boyolali yang berbeda dapat ditemukan di wilayah timur dengan ciri
dataran rendah. Objek wisata mata air yang sangat terkenal bagi wisatawan lokal
seperti Umbul Tlatar dan Umbul Pengging
menjadi pilihan utama wisata Boyolali. Belum juga terhitung empat waduk yang
berada dalam wilayah Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, waduk Badhe, Cengklik,
Kedung Ombo, dan Sidorejo.
Selain objek wisata alam yang memang menjadi andalam utama
Boyolali, kawasan ini juga terkenal memiliki tradisi berupa upacara adat yang
sangat terkenal karena berlangsung di kawasan-kawasan yang bersejarah dan asri.
Upacara adat Boyolali yang terkenal dan sekaligus menjadi objek wisata Boyolali
dalam bentuk budaya itu masing-masing berada di kawasan sumber air Pengging,
kawasan pegunungan Cepogo, Ampel, serta Selo.
Berdasarkan
uraian diatas maka saya menyusun makalah ini, untuk menambah pengetahuan saya
mengenai adat istiadat, kebiasaan, dan kebudayaan masyarakat Boyolali. Makalah
ini juga dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Integrasi Nasional.
B.
Rumusan
Masalah
- Bagaimana kondisi geografis dan administratif Kabupaten Boyolali ?
- Apakah potensi unggulan Kabupaten Boyolali ?
- Bagaimana Upacara Sedekah Gunung Merapi Malam 1 Suro di Selo Boyolali itu ?
- Bagaimana Kirab Sapi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Boyolali ?
- Bagaimana Upacara Dekahan di Nogosari Boyolali ?
- Bagaimana Ritual Kungkum di Pengging Boyolali ?
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk :
- Mengetahui kondisi geografis dan administratif Kabupaten Boyolali
- Mengetahui potensi unggulan Kabupaten Boyolali
- Mengetahui Upacara Sedekah Gunung Merapi Malam 1 Suro di Selo Boyolali
- Mengetahui Kirab Sapi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Boyolali
- Mengetahui Upacara Dekahan di Nogosari Boyolali
- Mengetahui Ritual Kungkum di Pengging Boyolali
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kondisi
Geografis dan Administratif Kabupaten Boyolali
Kabupaten Boyolali
merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi sebagai
pengembang sektor transportasi dalam bidang pariwisata bagi Kota Solo. Secara
adminitratif, Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah sebesar 1.015,101 km2
yang terbentang pada posisi 110o 22’ BT – 110o50’ BT dan
7o36’ LS – 7o71’LS dan berbatasan dengan :
Utara
: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan
Timur :Kabupaten
Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo
Selatan
: Kabupaten Klaten dan DIY
Barat
: Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang
Kabupaten Boyolali mempunyai 19 kecamatan, yaitu Selo, Ampel,
Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak,
Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi.
B.
Potensi
Unggulan Kabupaten Boyolali
1.
Parawisata
a.
Tlatar
Terletak di Dukuh Tlatar Desa Kebon Bimo Kec
Boyolali dengan jarak tempuh
dari kota kira-kira 4 km kearah utara. Nuansa
pesona alam terhampar dengan latar belakang suasana pedesaan, aroma kelezatan masakan ikan air tawar yang disajikan baik secara goreng maupun
bakar sambil memancing dan duduk
santai sungguh merupakan rekreasi menyegarkan
di Obyek Wisata Tlatar. Pemandian
ini adalah pemandian untuk keluarga. Setiap dua hari menjelang bulan Puasa diadakan even Padusan.Upacara Padusan ini juga diselenggarakan di
Umbul Pengging dan Pantaran. Acara
ini bertujuan untuk mensucikan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa.
Ada
2 buah pemandian (two pools for bathing), yaitu :
Pemandian Umbul Pengilon
Pemandian Umbul Asem
FASILITAS (FACILITIES) :
Rumah Makan Lesehan. / Traditional Restaurant.
Pemancingan / Fishing Sites.
Kios Cenderamata / Souvenir Store.
Kolam Renang Anak dan Dewasa/ (Two bathing sites for
kids and matures).
b.
Makam Ki Ageng
Pantaran
Objek wisata religi yang satu ini terletak di Desa
Pentaran Kecamatan Ampel atau sekitar 17 kilometer kearah barat Kota Boyolali.
Sambil berziarah ke makam Ki Ageng Pantaran atau Syekh Maulana Ibrahim , serta
beberapa kerabat yang lain, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam di kaki
Gunung Merbabu dan air terjun Si Pendok. Pada tanggal 20 Sura atau minggu
ketiga bulan Muharram, di makam ini digelar tradisi Bukak Luwur yaitu mengganti
kelambu putih penutup makam. Kain penutup yang sudah tidak dipakai kemudian
dipotong-potong menjadi ukuran kecil kemudian dibagikan kepada pengunjung yang
diyakini membawa berkah bagi mereka yang menerimanya.
c.
Air Terjun Kedung
Kayang
Objek wisata ini terletak di Desa Klakah yang
berjarak 5 kilometer ke arah barat dari Kecamatan Selo. Daerah wisata ini memiliki
pemandangan alam berupa air terjun yang terletak di antara 2 kabupaten,yaitu
Boyolali dan Magelang. Air Terjun Kedung Kayang yang memiliki ketinggian 30
meter ini masih alami dan belum dieksploitasi besar-besaran, mengingat jalan
menuju ke objek wisata tersebut seperti layaknya jalan di daerah perkampungan.
Di sekitar objek wisata ini terdapat tanah datar yang cocok untuk area perkemahan.
Potensial untuk aktivitas camping, hiking, climbing. Fasilitas yang tersedia
berupa penginapan/ homestay,perkemahan, dan warung. Waktu yang paling ramai dikunjungi
adalah hari sabtu-minggu dan hari libur nasional.
2.
UMKM
a.
Industri
Gamelan
Gamelan merupkan salah satu produk yang dapat
diandalkan dari Boyolali. Industri kecil ini sudah ada sejak 1980 hingga
sekarang keberadaannya tetap dilestarikan oleh para perajin. Jumlah pengusaha
ada dua orang di Desa jagoan, Kecamatan Sambi Boyolali membuat produknya,
sedangkan di Desa Dukuh, Banyudono mengerjakan peakitan dan finishing gamelan.
b.
Kerajinan
Tembaga dan Kuningan
Dukuh Tumang, Desa/Kecamatan Cepogo merupakan sentra
penghasil produk kerajinan tembaga dan kuningan yang sudah terkenal baik di
tinkat lokal maupun regional atau mancanegara. Karena, komoditas itu merupakan
unggulan dari Kabupaten Boyolali. Jenis yang dihasilkan sangat beragam antara
lain, lampu hias, relief, bak mandi, kaligrafi, tempat buah, vas bunga, dan aksesoris
lainnya. Produksi ini melalui eksportir sebagaimana sudah diekspor ke beberapa
negara antara lain Belanda, Perancis, Korea, Amerika Serikat, dan Canada. Desa
Cepogo merukan jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB), sehingga sering dilewati
atau dikunjungi oleh turis baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan,
para tamu dari dans atau instansi untuk studi banding, magang atau sekaligus
c.
Kerajinan
Topeng dan Wayang Kulit
Dukuh Drajitan, Desa Sruni Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali merupakan daerah penghasil kerajinan topeng kayu, dakon,
wayang kulit sapi maupun kerbau. Produk industri
kecil
ini mempunyai prospek yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan karena bahan
baku tersedia cukup di daerah itu. Pemasaran cukup lancar sebagian besar
ditampung di Art Shop di Yogyakarta
3. Hortikultural
a. Budidaya tanaman jarak
Budidaya tanaman jarak dan Industri pengolahan
minyak jarak. Ini merupakan produk unggulan Kabupaten Boyolali. Lokasi di
Kecamatan Klego, Andong, Kemusu, Juwangi,
Wonosegoro
dan Nogosari. Potensi areal: 10.409 hektar .Kegunaan: bahan baku industri
minyak jarak. Kopi Arabika ,dihasilkan di Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel dan
Musuk. Potensi: Produksi 172,790 ton per tahun pada areal 234 hektar. Kegunaan:
memenuhi kebutuhan pasar ekspor dan bahan baku industri kopi bubuk/instant.
b. Kesemek (Tledung )
Kesemek adalah nama sejenis buah-buahan dari
margaDiospyros buah ini banyak tumbuh di daerah Selo. Banyak manfaat dari buah
kesemek, yang matang berwarna antara jingga kekuningan sampai kemerahan dan
berdiameter antara 2-8 cm. Buah ini dapat dimakan langsung dalam keadaan segar setelah
diolesi dengan air kapur dan diperam, agar rasa sepatnya hilang. Buah juga
dapat dikeringkan atau diolah menjadi selai, agar-agar, es krim dan lain-lain.
4. Makanan
Khas
a. Marning
Marning adalah makanan tradisional khas
Boyolali. Terbuat dari jagong pipilan direbus,di kasih garam,bawang putih, ditiriskan
kemudian digoreng. Marning sebagai cemilan diwaktu santai sambil minum kopi. Diproduksi
Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali.
5. Peternakan
a. Sapi
Perah / FRIES HOLSTEIN
Sapi asal negara Belanda yang dibawa oleh
penjajah Belanda. Sapi tersebut budidayakan di Indonesia, sejak tahun 1980
Pemerintah Indonesia menyalurkan kridit usaha pertenakan sapi perah ( FH ).
Sejak itulah di Kabupaten Boyolali menjadi produksi susu : 86.021 liter / hari.Lokasi:di
Kec. Selo, Kec. Ampel,Kec. Cepogo, Kec. Musuk dan Kec. Mojosongo Peluang
Investasi:Pabrik Pengolahan Susu, penghasil susu untuk tingkat propinsi jawa
Tengah 50 % berasal dari Kabupaten Boyolali.
C. Upacara Sedekah Gunung Merapi Malam 1 Suro di
Selo Boyolali
Upacara ini
diselenggarakan di Desa Lencoh, Kecamatan Selo setiap malam 1 Suro. Acara ini
merupakan prosesi persembahan kepala kerbau dan sesaji ke kawah gunung Merapi sebagai
tanda syukur masyarakat Selo dan sekitarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara
ini dimeriahkan dengan tarian dan atraksi oleh masyarakat setempat. Waktu
pelaksanaan mulai jam 22:00 sampai 24:00 dan diakhiri dengan kirab potongan
kepala kerbau serta gunungan nasi jagung sebagai sesaji yang diletakkan di
Pasar Bubrah.
Terdapat tiga acara utama selama prosesi upacara berlangsung,
yaitu kirab sirah maeso atau kepala kerbau, kirab saji Gunung Merapi serta
kirab ratusan obor. Kirab ratusan obor menjadi daya tarik lebih karena baru
diadakan pada tahun 2010. Tradisi ini bermula dari ritual tolak bala yang
dilakukan Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta dengan menumbalkan seekor
kerbau ke Gunung Merapi.
Seiring waktu, kini warga Malam pergantian tahun dalam kalender Jawa atau yang
lebih sering disebut malam 1 Suro atau 1 Muharram, penanggalan Islam adalah
malam yang penting dan dianggap sakral bagi banyak warga yang hidup dalam
pengaruh budaya jawa. Di malam seperti ini banyak wilayah di Solo Raya
menggelar berbagai jenis ritual atau upacara adat, termasuk juga warga yang
tinggal di lereng Gunung Merapi.
Warga Selo, Boyolali khususnya Desa
Lencoh, sangat akrab dengan tradisi di malam 1 Suro. Di wilayah yang terletak
di sebelah utara lereng gunung yang terakhir meletus pada tahun 2010 itu warga
mengenal dan masih menjalankan tradisi yang dikenal dengan sebutan sedekah
gunung. Upacara yang dimaksudkan untuk memohon keselamatan bagi warga yang
tinggal di sekitar Gunung Merapi ini sudah digelar sejak zaman nenek moyang
warga lokal. Dan yang menarik dari digelarnya upacara sedekah gunung ini adalah
sesaji berupa kepala kerbau yang diikutkan dalam sesaji yang dilarungkan ke
kawah di puncak merapi yang dipercaya dijaga oleh Kyai Petruk.Selain sesaji
berupa kepala kerbau prosesi yang rutin digelar di joglo Merapi, Desa Lencoh
Boyolali ini biasa dikemas dalam sebuah festuval. Di dalam festival atau
prosesi itu juga akan ada hiburan berupa pertunjukan tari dan kesenian yang
dibawakan oleh sanggar seni atau seniman lokal.
D. Kirab Sapi di Desa Sruni Kecamatan
Musuk Boyolali
Tradisi bagda sapi
atau biasa disebut juga syawalan sapi, adalah kirab hewan ternak
keliling kampung, pada bakdo kupat atau kupatan, yaitu puncak
acara Lebaran atau hari ke tujuh perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kirab ini
dilakukan setelah warga dusun selesai mengadakan kenduren atau
kenduri ramai- ramai di halaman masjid, halaman rumah tokoh masyarakat maupun
tokoh agama, ataupun di jalan desa. Rangkaian acara ini diawali dengan upacara
kenduri, dimana masing-masing warga membawa ketupat serta lauknya.
Usai gelaran kenduri,
warga akan mempersiapkan ternak sapi dan kambingnya dengan cara dimandikan,
kemudian pada bagian kepalanya diberi wewangian, kemudian pada leher sapi
akan digantungkan ketupat, sebagai simbol permintaan maaf pemiliknya atas
perlakuan mereka kepada hewan ternaknya.Setelah selesai, hewan ternak
sapi dan kambing itu akan digiring untuk mengelilingi jalan desa.
Bagda sapi sesungguhnya
mengandung nilai spiritual yang tinggi karena merupakan wujud syukur kepada
Tuhan, karena hewan-hewan ternak tersebut merupakan rejeki yang bisa
mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan alasan kenapa acara ini dilakukan pada bakdo
kupat adalah keyakinan bahwa Nabi Sulaiman AS melakukan hal serupa pada
hari ketujuh setelah Lebaran, dengan memeriksa hewan ternaknya.Konon
khabarnya, Bagda
sapi sudah berlangsung turun temurun sejak tahun 1931-an di
banyak desa di Boyolali. Hanya saja, belakangan ini tradisi bakdo
sapi mulai dilupakan dan hanya dilakukan oleh beberapa desa salah satunya
adalah dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali,
Jawa Tengah. Itupun sudah banyak berubah, hewan ternak sapi dan kambing tidak
lagi dipersiapkan dengan matang tetapi hanya diambil dari kandang dan langsung
di kirab.
E.
Upacara
Dekahan di Nogosari Boyolali
1. Asal
Mula Dekahan
Ritual sedekah bumi
yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu
jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi
sumber kehidupan.Menurut cerita dari para nenek moyang orang jawa terdahulu,
“Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka
bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. Dan
ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai salah satu simbol yang
paling dominan bagi masyarakat jawa khususnya para petani untuk menunjukan rasa
cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi
kehidupan bagi manusia”.
Sehingga dengan
begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor
dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang
menempatinya.Selain itu, ritual dekahan dalam tradisi masyarakat Nogosari juga
merupakan salah satu bentuk untuk menuangkan serta mencurahkan rasa syukur
kepada Tuhan YME atas nimat dan berkah yang telah diberikan-Nya. Sehingga
seluruh masyarakat Nogosari bisa menikmatinya. dekahan pada umumnya dilakukan
sesaat setelah masyarakat yang mayoritas masyarakat agraris habis menuai panen
raya. Sebab tradisi dekahan hanya berlaku bagi mereka yang kebanyakan
masyarakat agraris dan dalam memenuhi kebutuhannya dengan bercocok tanam.
Meskipun tidak menuntut kemungkinan banyak juga dari masyarakat nelayan yang
juga merayakannya sebagai bentuk rasa syukurnya kepada tuhan, yang menurut para
nelayan disebut dengan sedekah laut. Itu sebagai bentuk rasa sukur masyarakat
nelayan kepada tuhan sebab mereka bisa melaut dan mengais rizqi di dalamnya.
2.
Tujuan acara dekahan
Tujuan dari dilaksanakan upacara
dekahan supaya keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat menyertai seluruh
warga desa Nogosari dan sekitarnya. Menurut kepercayaan orang Jawa upacara
dekahan harus dilakukan dengan tujuan untuk “menyelameti” atau “menyedekahi”
sawah yang dimiliki, agar hasil pertanian melimpah, maka bumi yang mereka
tanami tersebut harus diselameti agar tidak ada gangguan. “Karena, segala
rezeki yang kita dapat itu tidak hanya berasal dari kita sendiri, melainkan
lewat campur tangan Tuhan,” warga diajarkan untuk terus mendekat pada Tuhan.
Menurutnya, rezeki itu tidak semata uang, tapi juga kebahagiaan, kenyamanan dan
keamanan berkehidupan dalam masyarakat. Upacara dekahan menurut kepercayaan di
desa Nogosari, wajib dilaksanakan setiap tahun sekali. Biasanya dengan
melaksanakan upacara dekahan dipercaya akan mendatangkan kebaikan. masyarakat
percaya bahwa bumi yang ditempati akan aman dan tidak terjadi bencana, Apabila
“diselameti”.
3.
Rangkaian acara Dekahan
Pada acara upacara tradisi
Dekahan umumnya, biasanya upacara ini dilaksanakan pada bulan “apit” adapun
harinya kesepakatan dari warga tentunya setelah panen selesai, tidak banyak
peristiwa dan kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Hanya saja, pada waktu acara
tersebut biasanya seluruh masyarakat sekitar yang merayakannya tradisi sedekah
bumi membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di
balai desa atau tempat tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat
setempat untuk menggelar acara ritual dekahan tersebut.
Setelah itu, kemudian masyarakat
membawa tumpeng tersebut ke balai desa atau tempat setempat untuk di doakan
oleh sesepuh adat. setelah di doakan oleh sesepuh adat, kemudian kembali
diserahkan kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng
yang sudah di doakan oleh sesepuh adat setempat kemudian di makan secara ramai
ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga
sebagian masyarakat yang membawa nasi tumpeng tersebut yang membawanya pulang
untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing. Pembuatan nasi
tumpeng ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan pada saat
upacara tradisi tradisional itu.
Makanan yang menjadi makanan
pokok yang harus ada dalam tradisi ritual dekahan adalah nasi tumpeng dan ayam
panggang. Sedangkan yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk
hanya bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama. pada acara
akhir para petani biasanya menyisakan sebagian makanan itu dan diletakkan di
sudut-sudut petak sawahnya masing-masing sebagai Bentuk Rasa Syukur, namun hal
tersebut sudah tidak dilakukan lagi karena masyarakat sudah bisa memahami arti
syukur sesungguhnya.Dalam puncaknya acara ritual dekahan di akhiri dengan
melantunkan doa bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan dipimpin oleh
sesepuh adat. Doa dalam dekahan tersebut umumnya dipimpin oleh sesepuh kampung
yang sudah sering dan terbiasa mamimpin jalannya ritual tersebut. Ada yang
sangat menarik dalam lantunan doa yang ada dilanjutkan dalam ritual tersebut.
Yang menarik dalam lantunan doa tersebut adalah kolaborasi antara lantunan kalimat
kalimat Jawa dan dipadukan dengan doa yang bernuansa Islami.Ritual sedekah bumi
yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu
jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi
sumber kehidupan.
F.
Ritual
Kungkum di Pengging Boyolali
Umbul Pengging
adalah sebuah kompleks pemandian peninggalan Kasunanan Surakarta terletak di
Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Pemandian ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta yaitu Sri Paduka Pakubuwono X.
Menurut cerita masyarakat setempat, pada awalnya pemandian ini merupakan tempat
bersantai raja dan keluarganya. Hal ini tampak dari bangunan tempat
peristirahatan yang berada di dekat kolam pemandian ini. Pada zaman dahulu,
pemandian ini tidak dibuka untuk masyarakat umum. Namun seiring berjalannya
waktu, Pemandian Umbul Pengging kini bebas dimasuki setiap pengunjung yang
ingin menikmati keindahan pemandangan taman dan kesejukan airnya.Umbul Pengging
merupakan kawasan wisata yang memadukan antara wisata sejarah, wisata budaya,
dan wisata alam dalam satu kawasan.
Pengging adalah nama kuno untuk suatu wilayah yang sekarang
terletak di antara Solo dan Yogya (kira-kira mencakup wilayah Boyolali dan Klaten serta
mungkin Salatiga).
Pusatnya sekarang diperkirakan terletak di Banyudono, Boyolali.Nama Pengging
disebut-sebut dalam legenda Rara Jonggrang tentang pembangunan kompleks Candi
Prambanan. Selanjutnya, dalam sejumlah babad yang menerangkan
penyebaran agama Islam
di selatan Jawa wilayah ini kembali disebut-sebut, dengan tokohnya Ki Ageng
Pengging. Tokoh ini dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak.
Kalangan sejarah di Jawa banyak yang menganggap bahwa Pengging adalah
cikal-bakal Kerajaan Pajang, kerajaan yang mengambil alih kekuasaan di Jawa
setelah Kesultanan Demak runtuh. Semenjak berkembangnya
Kesultanan Mataram dan masa-masa selanjutnya, wilayah Pengging kehilangan
kepentingannya dan pusat pemerintahannya berangsur-angsur menjadi tempat untuk
pelaksanaan ritual bagi keluarga penerus Mataram.
Nama Pengging terus berkibar pada awal abad 18 setelah pusat
kerajaan mataram pindah ke Kartasura. Pada saat itu di daerah Pengging terdapat
sebuah pesantren yang diasuh oleh Kyai Khalifah Syarif, ia memiliki seorang
santri yang bernama Zainal Abidin yang kemudian menikah dengan putrinya. Pada
akhirnya Zainal Abidin mengabdi di Keraton Kartasura. Hingga akhirnya diketahui
bahwa ia adalah Padmonagoro.
Padmonagoro inilah yang menurunkan pujangga besar Keraton
Surakarta, Yasadipura I yang handal dalam kesusastraan Jawa, yang ketika
meninggal dimakamkan di Ngaliyan Bendan Banyudono (kawasan daerah
Pengging) dan hingga saat ini setiap malam Jumat Pahing makamya banyak
dikunjungi orang untuk berziarah dan tradisi mandi kungkum di Umbul Sungsang.
Menurut cerita dari warga setempat setiap malam jumat pahing banyak pengunjung
yang melakukan laku kungkum atau mandi berendam dengan ketinggian air setinggi
leher orang dewasa. Menurut cerita siapa saja yang mampu melakoni laku kungkum
di umbul selama 40 hari untuk tujuan dan keinginan tertentu maka apa yang
menjadi keinginannya akan terkabul.Kebanyakan pengunjung yang datang umbul
justru dari luar kota Boyolali bahkan tidak hanya orang biasa saja yang
melakukan laku kungkum di umbul Sungsang.
Menurut cerita dari tokoh masyarakat setempat banyak juga
dari kalangan pejabat, artis pelawak serta penyanyi ibukota yang pernah datang
menjalani laku kungkum.
Tradisi kungkum belum diketahui secara pasti bagaimana bisa berlaku hingga sampai saat ini bahkan hingga dipercaya mampu memberikan kekuatan untuk mengabulkan permintaan pelaku kungkum seperti yang konon diceritakan banyak orang. Bila ditarik garis sejarah, mungkin saja masih berhubungan dengan laku kungkum yang dilakukan oleh Bagus Burhan atau Ronggowarsito III.
Tradisi kungkum belum diketahui secara pasti bagaimana bisa berlaku hingga sampai saat ini bahkan hingga dipercaya mampu memberikan kekuatan untuk mengabulkan permintaan pelaku kungkum seperti yang konon diceritakan banyak orang. Bila ditarik garis sejarah, mungkin saja masih berhubungan dengan laku kungkum yang dilakukan oleh Bagus Burhan atau Ronggowarsito III.
Menurut cerita ketika Bagus Burhan masih kecil ia dikirim
oleh ayahnya R. Ng. Yasadipura II atau R.T Sastranegara untuk berguru masalah
agama dipondok pesantren ke kawasan Ponorogo yang dipimpin oleh Kyai Imam
Besari tetapi justru bukan menuntut ilmu Bagus Burhan malah menyukai perbuatan maksiat
seperti judi dan adu ayam. Singkat cerita melihat kelakuan muridnya Kyai Imam
Besari kemudian meminta petunjuk kepada Tuhan hingga akhirnya cara yang
dilakukan Kyai Imam selain tetap mengajarinya mengaji Burhan Juga diminta untuk
tapa laku kungkum selama 40 hari. Terkait apakah ada korelasi tentang laku
kungkum tersebut hingga saat ini belum ada sejarah yang mengungkapnya.
Dalam satu kawasan wisata Umbul Penging terdapat beberapa
umbul. 500 meter dari Umbul Pengging terdapat Umbul Sungsang, umbul ini
berdampingan dengan Mesjid Ciptamulya. Menurut sejarah Mesjid Ciptamulya
didirikan oleh Pakubuwono X yang kemudian diselesaikan pada 1908 M konon mesjid
ini merupakan pemindahan jemaah Mesjid Karangduet ke Mesjid Ciptamulya yang
menjadi cikal bakal dukuh tersebut disebut Ngaliyan dalam wilayah Desa Bendan
Banyudono.Setelah Raden Ng. Yasadipura I beserta Keturunannya
yaitu R.Ng Yasadipuro II (R.Ng. Ronggowarsito I) meninggal dan dimakamkan di
belakang Mesjid Ciptamulya lantas kompleks tersebut disebut Astana Luhur
yang sering diziarahi Paku Buwono IX maupun X. Sebagai salah satu bentuk
penghormataan terhadap jasa-jasa Trah Yasadipura, Pakubuwono X membangun
pessanggrahan Ngeksi Purna di Pengging Boyolali dimana terdiri dari Mesjid
Ciptamulya, Kompleks makam Yasadipura dan Umbul Pengging yang saling terkait
erat dalam pembentukan masyarakat serta peradaban Boyolali sampai saat ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabupaten
Boyolali terletak di Jawa Tengah yang menghubungkan Semarang-Solo
dan terdiri dari 19 Kecamatan. Wilayah
Kabupaten Boyolali ini memiliki luas 1.015,101 km2 yang terbentang
pada posisi 110o 22’ BT – 110o50’ BT dan 7o36’
LS – 7o71’LS. Boyolali dikenal sebagai kota susu karena penghasil
susu untuk tingkat propinsi jawa Tengah 50 % berasal dari Kabupaten Boyolali.
Selain susu Kabupaten Boyolali juga memiliki beberapa potensi lainnya baik
dalam pariwisata, UMKM, Hortikultural,
maupun makanan khasnya.
Kabupaten
Boyolali memiliki pemandangan sangat indah dan mempesona, sayuran hijau yang
luas dan berbukit-bukit, karena Boyolali
terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi
dan Gunung Merbabu.
Banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat Pariwisata yang ada Boyolali
misalnya Tlatar, Makam Ki Ageng
Pantaran, Air Terjun Kedung Kayang. Tempat - tempat pariwisata tersebut
kononkannya merupakan tradisi adat dan kebudayaan yang sangat terkenal
karena berlangsung di kawasan-kawasan yang bersejarah dan asri.
Tlatar adalah pemandian untuk
keluarga. Tempat ini digunakan Upacara Padusan
ini juga diselenggarakan di Umbul Pengging dan Pantaran. Acara ini bertujuan untuk mensucikan diri sebelum
melaksanakan ibadah puasa. Selain itu juga terdapat Air Terjun Kedung Kayang yang udaranya sangat sejuk. Disisi lain
ada objek wisata religi yaitu Makam Ki
Ageng Pantaran. Setiap tanggal 20 Sura atau minggu ketiga bulan
Muharram, di makam ini digelar tradisi Bukak Luwur yaitu mengganti kelambu
putih penutup makam. Kain penutup yang sudah tidak dipakai kemudian
dipotong-potong menjadi ukuran kecil kemudian dibagikan kepada pengunjung yang
diyakini membawa berkah bagi
mereka yang menerimanya.
Produk - produk industri di Boyolali mempunyai
prospek yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan Salah satu produk Boyolali yang diandalkan adalah industri gamelan, yang
sudah ada sejak 1980. Kemudian di Dukuh Tumang, Desa/Kecamatan Cepogo
merupakan sentra penghasil produk kerajinan tembaga dan kuningan yang sudah
terkenal baik di tinkat lokal maupun regional atau mancanegara. Serta Kerajinan Topeng dan Wayang Kulit, yang pemasaran
cukup lancar sebagian besar ditampung di Art Shop di Yogyakarta.
Adat – istiadat di Boyolali masih sangat kental,
ditandai dengan adanya berbagai macam acara ritual maupun upacara tradisional
yang diselenggarakan di Kapubaten Boyolali. Salah satunya Upacara Sedekah
Gunung Merapi Malam 1 Suro di Selo Boyolali. Upacara ini untuk memohon
keselamatan bagi warga yang tinggal di sekitar Gunung Merapi ini sudah digelar
sejak zaman nenek moyang.Di dalamnya terdapat prosesi
persembahan kepala kerbau dan sesaji sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Upacara ini dimeriahkan dengan tarian dan atraksi oleh masyarakat
setempat.
Boyolali itu sebagai kota pengahasil susu dari sapi
perah, disamping itu sebagian besar penduduknya adalah petani dan peternak yang
memanfaatkan sapi untuk mememnuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu tradisi
Kirab Sapi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Boyolali masih diadakan di Kabupaten
Boyolali. Acara ini sesungguhnya mengandung nilai spiritual yang tinggi karena
merupakan wujud syukur kepada Tuhan, karena hewan-hewan ternak tersebut
merupakan rejeki yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Prosesi ini
dilaksanakan tujuh hari setelah idul fitri yang diawali dengan kendurin dengan
membawa ketupat.
Tidak hanya ritual sapi tapi juga ada ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas
penduduk kabupaten Boyolali. Ritual ini sebagai simbol penghormatan manusia
terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan. Di Desa Nogosari Upacara
Dekahan ini diselenggarakan setiap selesai panen padi. Jadi makanan
pokok yang harus ada dalam tradisi ritual dekahan adalah nasi tumpeng dan ayam
panggang. Ritual ini merupakan paduan antara budaya Jawa dan Islami, karena
Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin sesepuh.
Selain tlatar, di Boyolali jaga terdapat Pemandian
Umbul Pengging . Pemandiaan tersebut Ritual Kungkum di Pengging Boyolali. Acara
ritual ini dipercaya mampu memberikan kekuatan untuk
mengabulkan permintaan pelaku kungkum. Pemandiaan ini terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Pemandian ini
dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta yaitu Sri Paduka Pakubuwono X
B. Saran
1. Bagi
Mahasiswa
Sebagai generasi
muda hendaknya mempelajari serta berperan aktif dalam melestaarikan adat
istiadat, kebiasaan, dan budaya sekitar.
2. Bagi
Pemerintah
Sebagai pemangku
jabatan hendaknya menghasilkan produk politik yang mampu menunjang dalam
pelestarian adat istiadat, kebiasaan, dan budaya
3. Bagi
Masyarakat
Pada umumnya
hendaknya memelihara adat istiadat, kebiasaan, dan budaya yang sudah ada serta
mengembangkannya, khususnya masyarakat Boyolali diharapkan melestarikan budaya
yang ada sehingga mampu memberikan kontribusi bagi Kabupaten Boyolali itu
sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
http://widadyra.blogspot.com/2012/04/kungkum-pengging.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Umbul_Pengging
http://fiveplanning.wordpress.com/profil-wilayah/kabupaten-boyolali/
http://muslimlokal.blogspot.com/2014/02/tradisi-dekahan.html
Post a Comment
- Kritik dan saran sangat dinantikan demi kemajuan website ini.
- Silakan melaporkan jika adal, jika ada link yang mati.
- Mohon untuk berkomentar sesuai dengan tema postingan.
- Dilarang berkomentar yang mencantumkan Link Aktif. jika ditemukan, akan saya hapus.